Kembuhung, kearifan lokal kurangi limbah makanan

Kembuhung, Kearifan Lokal Kurangi Limbah Makanan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menghasilkan limbah makanan yang tidak terhindarkan. Limbah makanan tersebut bisa berupa sisa makanan yang tidak habis atau kulit-kulit buah yang tidak dimakan. Namun, di desa-desa di Indonesia, terdapat kearifan lokal yang dapat membantu mengurangi limbah makanan tersebut, yaitu kembuhung.

Kembuhung merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada praktik memanfaatkan sisa-sisa makanan untuk dijadikan pupuk organik. Dalam prakteknya, kembuhung dilakukan dengan cara mengumpulkan sisa-sisa makanan, seperti kulit buah, sayuran yang tidak terpakai, dan sisa-sisa daging, kemudian menggilingnya atau mencacahnya menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian, sisa-sisa makanan ini dicampur dengan dedaunan atau bahan organik lainnya dan dibiarkan untuk mengalami fermentasi selama beberapa minggu.

Setelah mengalami fermentasi, kembuhung tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk tanaman. Pupuk organik dari kembuhung memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat membantu tanaman tumbuh lebih subur dan sehat. Selain itu, dengan memanfaatkan sisa-sisa makanan sebagai pupuk organik, kita juga dapat mengurangi jumlah limbah makanan yang dihasilkan dan membantu mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Praktik kembuhung ini merupakan contoh nyata dari kearifan lokal yang dapat membantu mengurangi limbah makanan dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Sebagai masyarakat modern, kita juga dapat belajar dari kearifan lokal ini dan mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan memanfaatkan sisa-sisa makanan sebagai pupuk organik, kita tidak hanya dapat mengurangi limbah makanan, tetapi juga membantu menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan kehidupan yang lebih berkelanjutan.